
A dream's but a dream
It ends by the morn
Blossoms in the night
Fizzles out at dawn
(Sweet Dreams, Agnes Chan)
Mimpi hanyalah bunga tidur. Sederetan gambar yg kita lihat pada waktu memejamkan mata ini tidak punya makna, fungsinya hanya sebagai hiasan waktu kita tidur.

Itu anggapan dari banyak orang, termasuk aku juga dulu. Menurutku, mimpi hanyalah mimpi, tidak ada kaitannya dengan reality. Tapi semuanya berubah, ketika berbagai peristiwa terjadi seperti yg ku ceritakan di entry Afterlife. Mimpi ternyata memang memiliki makna, paling tidak itu berlaku untukku.
Beberapa bulan lalu pas aku duduk ngelamun


Dari tiga recurring dreams itu, hanya satu yg bisa kuceritakan di sini, yg dua cukup ku simpan sendiri krn terlalu pahit utk diceritakan. Di salah satu mimpi, aku berdiri di jl Ambarawa di belakang rumah. Aku lihat jalan makadam (iya wong waktu itu taun 1974-75, jalan itu belum diaspal) membentang di depan, dan di samping kiri jalan adalah tanah berawa yg ditumbuhi tanaman kangkung sedangkan di samping kanan tanah subur ditumbuhi pohon ketela. Anehnya, hanya beberapa meter ke depan saja yg bisa ku lihat, setelah itu jl Ambarawa beserta tanaman kanan kiri tidak tampak karena gelap gulita hitam kelam. Jadinya aneh, aku berada di bagian siang hari, sedangkan di depanku adalah malam hari. Aku ingat, aku merasa takut sekali


Oh...jadi itu ya maknanya, sekarang aku paham. Mimpi itu kualami beberapa kali. Di mimpi yg terakhir, aku berhasil menembus malam di jl Ambarawa, terus bisa sampai di jalan berikutnya.


No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.