Ga sengaja nemu berita tentang Indonesia di situs BBC News, sayangnya itu bukan berita gembira. Isinya tentang trauma yg dialami oleh penderita sakit jiwa setelah dipasung sekian lama. Selain trauma psikis, penderitanya juga menderita secara fisik karena bentuk kaki berubah menurut bentuk pasung.
Memang penderita sakit jiwa di Indonesia kebanyakan kurang beruntung. Mereka tidak mendapat perawatan medis yg memadai sehingga mengalami trauma. Dengan alasan biaya, biasanya keluarga dari orang sakit jiwa memilih untuk memasungnya sehingga orang ini tidak bisa ke mana-mana dan tidak membahayakan orang lain. Bahaya banget kan, melepas orang sakit jiwa di jalanan, karena apa yg muncul di pikiran mereka tidak bisa diprediksi dan dikontrol.
Selain dipasung, ada juga orang sakit jiwa yang dibiarkan berkeliaran di jalan-jalan. Ini biasanya yg tidak membahayakan orang lain, tapi kok kasian juga ya liat orang-orang kumal tanpa ada yang merawat. Di kotaku, paling tidak ada 3 orang yang terganggu kondisi jiwanya berkeliaran di jalan. Mulai dulu aku masih kuliah sampe sekarang kok masih ada aja.
Sayangnya, gangguan kejiwaan tidak bisa lepas dari lingkungan pendidikan. Salah satu temanku di SD ada yg kena, satu temanku di SMA juga. Keluarganya memang bermasalah, agak cuek-cuek gimana gitu ke anak-anaknya, akibatnya anaknya terganggu jiwanya. Meskipun keluarganya membawa temen-temenku ini ke rumah sakit untuk terapi, tetap aja sembuhnya lama dan sulit. Apalagi temen sekelas juga kurang mendukung, mereka malah kayaknya mancing-mancing biar yang sakit jiwa ini agak kumat terus mereka malah menindaklanjutinya dengan ejekan dan ketawa-ketawa. Bukannya dibantu sembuh malah menyuburkan gangguan jiwanya! Duh, memang anak-anak kecil, mana bisa berpikir jauh? Sekarang aku ga tau bagaimana nasib temen-temenku yg mengalami gangguan jiwa tadi, dan aku juga ga mau tau. Bukannya egois, tapi kalo udah masuk ranah itu, bukan wewenangku utk mengurusi. Semoga mereka bisa sembuh. Tapi kalo emang ga bisa sembuh, apa mau dikata...
Sunday, November 27, 2011
Friday, November 25, 2011
Breakfast
Menu sarapan (clockwise): sereal, havermut, croissant,
buah segar, bacon & egg, toast
buah segar, bacon & egg, toast
Aku sampe di kantor jam 9.30, lalu duduk di kursiku dan menyiapkan bahan kuliah. Native speaker yg diperbantukan di jurusan oleh Kedutaan Amrik mendekati mejaku, sambil mengingatkan supaya tidak lupa makan. Hehehe beberapa hari lalu kami emang bicara mengenai makan, dan ternyata sama-sama suka skip meal ato melewatkan salah satu jam makan. Aku seringkali ga sarapan, dia seringkali ga makan siang. Makanya dia langsung mengingatkan aku utk sarapan. Aku bilang, "OK, I'll have breakfast later." Kuliah emang masi 1/2 jam lagi, tapi bahan kuliah harus disiapkan sekarang, ga bisa nunggu. Dia ingatkan lagi, "Don't wait until 11 to have meal." Aku liat jam, walah...ga cukup waktunya kalo harus sarapan sekarang, makanya ku jawab, "I think I'll wait till 11 because I have a class now. I'll have brunch ha ha ha." Dia pura-pura keliatan jengkel, "If you eat at 11, that's not brunch. That's lunch!" Lho, masa se? Aku kira lunch mulai bersamaan dg noon, karena sebelum noon (12pm) adalah morning dan itu masih keitung breakfast. Ternyata nurut dia lunch di Amrik emang mulai jam 11 pagi, bukan noon. Oooo gitu. Baru tau aku.
Topik pembicaraan bergeser ke makanan yg biasa kami makan utk sarapan. Dia biasanya makan sereal ama susu ato havermut. Pinginnya makan yg dioven gitu, tapi listrik di rumahnya ga kuat buat nyalakan oven, alhasil dia punya oven tapi ga kepake. Aku usulkan dia makan pancake ato waffle, kan ga pake dioven. Tapi kayaknya dia ga suka keduanya.
Terus aku bilang, "Pas aku blajar di Oz dulu aku sarapan waffle with maple syrup atau apple crumble. Mudah buatnya dan enak." Eh, ternyata dia bilang apple crumble itu bukan makanan utk sarapan. "That's dessert!" Hahaha...tapi enak kok buat sarapan. Itu semacam apple pie: apel hijau dipotong dadu dan diberi gula pasir, taruh di dasar loyang, atasnya ditaburi campuran tepung-margarin-havermut-garam yg bentuknya berbutir-butir. Aku ngeyel itu enak buat sarapan, dia ngeyel itu dessert.
Lha terus apa aja makanan utk sarapan di Amrik? Bacon & egg, sereal, waffle, pancake, havermut, croissant, dan ... "donut is for breakfast" katanya. Hah? Buat aku donut justru dessert! Hahaha...lain lagiiiii.
Saturday, November 12, 2011
Thursday, November 3, 2011
Transits (3)
Tugas di Kupang hanya berlangsung 3 hari. Pada hari Minggu aku harus kembali ke Malang. Untungnya ada pesawat yg bisa connect dari Kupang ke Malang meskipun harus transit, jadi tidak perlu mendarat di Juanda dan naik bis 3-4 jam ke Malang. Pesawat ini berangkat dari Kupang, kemudian mampir ke Maumere bentar utk mengangkut penumpang dari sana, lalu mendarat di Denpasar. Di Ngurah Rai transit sekitar 3 jam terus terbang ke Malang.
Awalnya semua lancar, berangkat dr Kupang dengan cuaca cerah sekitar jam 6.30am, dan 50 menit kemudian mendarat di Maumere. Aku tidak turun, cuma duduk di pesawat menunggu penumpang naik. Aku intip ke luar jendela, di sana ada tulisan selamat datang di kabupaten Sikka. Tidak lama setelah semua penumpang naik, pesawat terbang lagi menuju Denpasar. Perjalanan juga lancar, tapi ada satu hal yg menjengkelkan. Ceritanya begini, ada mekanik perusahaan penerbangan yg ikutan terbang di pesawat itu dan dia duduk di belakangku. Orangnya lebih cerewet dari orang paling cerewet di dunia. Ngomooooong mulu, ga bisa berhenti, mana suaranya jelek lagi. Dr Kupang ke Maumere dia ngomong mulu ama seorang penumpang di sebelahnya, eh dr Maumere ke Denpasar dia ngobrol non-stop selama 2 jam ama seorang pramugari pesawat itu. Dua-duanya sama-sama nyebelin. Si mekanik menyombongkan dirinya, sedangkan si pramugari sok manja dan sok cakep. KLOP! Sama-sama jeleknya. Huh, betul-betul membuat penerbangan tidak nyaman.
Aku bersyukur pas mendarat di Denpasar, bisa terbebas dari manusia-manusia jelek tadi. Eh, udah berapa lama ya aku tidak transit di Denpasar? Udah bertahun-tahun. Dulu pas studi di Monash Uni aku bolak-balik travel Melbourne-Surabaya, dan pasti transit di Denpasar. Sampe dulu bosen liat terminal domestik Ngurah Rai. Ternyata terminal domestik tidak berubah, masih gitu-gitu aja. Ada beberapa toko suvenir dan makanan, dan udaranya agak panas, tidak sesejuk terminal internasional. Sambil nunggu pesawat, aku jalan-jalan liat toko-toko, dan sempat beli kain dan selendang khas Bali, juga buku gambar Strawberry Shortcake.
Nah penerbangan dari Denpasar ke Malang lah yg bermasalah. Mau mendarat tidak bisa karena bandara Abdulrahman Saleh di Malang ditutup. Cuaca sangat buruk - poor visibility - ga bisa mendarat. Pramugari mengumumkan pesawat akan terbang berputar-putar selama 10 menit sambil nunggu cuaca membaik. Tapi setelah 10 menit, terdengar lagi pengumuman bahwa pendaratan di Malang tidak mungkin dilakukan sehingga harus mendarat di Juanda. Waaaah buang waktu, tapi gimana lagi kalo cuaca ga bisa diajak kompromi. Setelah nunggu di Juanda selama sekitar 2 jam, akhirnya penumpang disuruh naik pesawat lagi utk terbang ke Malang. Hehehe baru kali ini aku naik pesawat dari Surabaya ke Malang, biasanya naik bis! Lucunya, pas pesawat took off, kan bertahap naiknya, dan itu butuh waktu bbrp menit. Aku nengok ke bawa jendela pas pesawat barusan took off, mencari-cari kubangan lumpur Lapindo. Pingin liat bentuknya kayak apa dari udara. Tengok sana, tengok sini, kok ga keliatan ya? Apa ini masih di Sidoarjo? Tiba-tiba kaptennya mengumumkan, "Flight attendants prepare for landing." Lho?!?!?! Barusan took off 10 menit yg lalu, udah mo mendarat? Aku liat di bawah, ooo itu sih Lawang! Emang udah deket sekali dg bandara Abdulrahman Saleh. Hahaha, ga sampe 1/2 jam udah nyampe, padahal kalo naik bis minimal 2 jam dan maximal 7 jam, tergantung macet nggaknya.
Biyuh...perjalanan yg aneh. Aku pernah terbang dr Surabaya ke Athena (Yunani) lintas 2 benua aja cuma transit 1 kali di Singapura. Ini terbang dari Kupang ke Malang aja harus transit 3 kali! Hahaha....
Tuesday, November 1, 2011
Abroad (2)
Kegiatan yg ini bertujuan utk menjaring dosen yg berpotensi agar mau melanjutkan studi ke luar negeri. Beasiswa berlimpah disediakan oleh pemerintah Indonesia, tinggal meningkatkan minat dosen untuk memanfaatkannya. Mereka dibantu untuk menyusun research proposal yg diharapkan bisa digunakan untuk apply ke uni di luar negeri sehingga bisa dapat letter of acceptance ato LoA. Kalo udah pegang LoA, cari beasiswa jauh lebih mudah.
Minggu sebelumnya aku ikut kegiatan serupa di Palembang, Sumsel, sedangkan kali ini diadakan di Kupang, NTT. Ternyata dosen-dosen di NTT punya minat yg besar juga ya ... untuk studi lanjut ke LN. Kemampuan mereka menyusun research proposal juga sudah bagus. Memang masih ada kekurangan kecil-kecil dalam proposalnya, tapi itu bisa cepat diperbaiki. Selain itu bahasa Inggrisnya udah mendekati perfect. Grammar dan pilihan katanya masih ada yg kurang tepat tapi ya itu tadi ... mudah utk memperbaikinya krn emang bahasa Inggrisnya udah bagus.
Setelah penyusunan proposal, ada juga latihan wawancara. Tiap calon penerima beasiswa kan harus melalui saringan berupa wawancara utk menentukan layak ato tidak utk dibiayai studi lanjutnya. Nah, di wawancara ini ada yg lucu. Isinya kan pertanyaan seputar kesiapan utk tinggal lama di LN, salah satunya menanyakan apakah peserta bisa beradaptasi dengan lingkungan yg sama sekali berbeda di LN. Sebelum tanya ini, aku tentunya tanya ke peserta apa ybs pernah ke sono. Lucunya, salah satu peserta ada yg bilang, "Pernah, bu. Tapi ke Timor Leste." Hahahaaaa....iya ya Timor Leste itu termasuk luar negeri. Dulunya Timor Leste disebut Timor Timur, itu salah satu provinsi di Indonesia. Letaknya bersebelahan dengan NTT tempat Kupang berada, dan masih dalam satu pulau. Jadi sebetulnya, penduduk Kupang adalah saudara sangat dekat dengan penduduk Timor Timur (yg sekarang jadi Timor Leste). Sayang sekarang saudara ini sudah menjadi negara sendiri.....
Minggu sebelumnya aku ikut kegiatan serupa di Palembang, Sumsel, sedangkan kali ini diadakan di Kupang, NTT. Ternyata dosen-dosen di NTT punya minat yg besar juga ya ... untuk studi lanjut ke LN. Kemampuan mereka menyusun research proposal juga sudah bagus. Memang masih ada kekurangan kecil-kecil dalam proposalnya, tapi itu bisa cepat diperbaiki. Selain itu bahasa Inggrisnya udah mendekati perfect. Grammar dan pilihan katanya masih ada yg kurang tepat tapi ya itu tadi ... mudah utk memperbaikinya krn emang bahasa Inggrisnya udah bagus.
Setelah penyusunan proposal, ada juga latihan wawancara. Tiap calon penerima beasiswa kan harus melalui saringan berupa wawancara utk menentukan layak ato tidak utk dibiayai studi lanjutnya. Nah, di wawancara ini ada yg lucu. Isinya kan pertanyaan seputar kesiapan utk tinggal lama di LN, salah satunya menanyakan apakah peserta bisa beradaptasi dengan lingkungan yg sama sekali berbeda di LN. Sebelum tanya ini, aku tentunya tanya ke peserta apa ybs pernah ke sono. Lucunya, salah satu peserta ada yg bilang, "Pernah, bu. Tapi ke Timor Leste." Hahahaaaa....iya ya Timor Leste itu termasuk luar negeri. Dulunya Timor Leste disebut Timor Timur, itu salah satu provinsi di Indonesia. Letaknya bersebelahan dengan NTT tempat Kupang berada, dan masih dalam satu pulau. Jadi sebetulnya, penduduk Kupang adalah saudara sangat dekat dengan penduduk Timor Timur (yg sekarang jadi Timor Leste). Sayang sekarang saudara ini sudah menjadi negara sendiri.....
Subscribe to:
Posts (Atom)