Garden of words -- sekumpulan kata-kata yang berwarna-warni tumbuh di kebun cyber milikku.

Thursday, January 3, 2013

Braga part 1

2.11.2012

"Hallo, ini Harris Hotel?" tanyaku.
"Betul, ibu."
"Mbak, mo tanya, apa masih ada kamar untuk besok?"
"Tunggu sebentar, kami cek dulu."
Beberapa detik kemudian.
"Maaf, ibu. Untuk besok hotel kami sudah penuh."

Wah, harus cari hotel lain nih. Sebetulnya aku lebih sreg menginap di Harris Hotel krn itu hotel budget yg sangat bagus fasilitasnya, tapi kalo penuh ya aku paham wong besok memang Sabtu malem Minggu, jadi orang-orang Jakarta membanjiri Bandung dan menginap di sana utk tamasya atau belanja. Aduh, nginap di mana ya? Biasanya di Surabaya aku tinggal di Citihub atau Somerset, tapi ku cari di internet tak ada kedua hotel itu di Bandung. Pilihan berikutnya Harris, tapi penuh. Ku cari Fave Hotel di internet, ternyata ada cabangnya di Bandung.

"Hallo, ini Fave Hotel?" tanyaku.
"Betul, ibu."
"Mas, mo tanya, apa masih ada kamar untuk besok?"
"Tunggu sebentar, kami cek dulu."
 Beberapa detik kemudian.
"Maaf, ibu. Untuk besok hotel kami sudah penuh."
Tuing! Aduh nginap di mana nih?
"Apa mas tau budget hotel lain di Bandung ya?"
"Ada ibu, Aston Braga Hotel yg milik kami juga."
"Saya bisa minta nomernya?"
"Baik, bisa ibu catat? Nomornya xxxxxxxxxx."
"Makasih ya, mas"

Segera ku telpon nomor itu untuk booking kamar.
"Hallo, ini Aston Braga Hotel?"
"Betul, ibu."
"Mbak, mo tanya, apa masih ada kamar untuk besok?"
"Tunggu sebentar, kami cek dulu."
Beberapa detik kemudian.
"Masih ada, ibu."
Alhamdulillah! Dapet kamar!
"Ya, saya pesan satu kamar standard utk satu malam. Berapa rate-nya per malam?"
"Rp. 495.000, bu."
Hah? Murah banget? Seingatku Aston itu hotel mewah berbintang. Masa ratenya di bawah 500 ribu?
"Berapa? Berapa, mbak?" tanyaku utk meyakinkan aku ga salah denger.
"Rp. 495.000."
"Ya saya ambil itu aja."

Kenapa aku tanya budget hotel ke Fave? Because that's the kind of hotel I can afford. Tarif kamar permalam biasanya tidak lebih dr 500 ribu, tapi hotelnya bagus, bersih dan modern meskipun kadang minimalis. Citihub Surabaya, misalnya, tarifnya 350 ribu per malam, tapi krn itu budget hotel, tidak disediakan handuk dan toiletries (sabun, odol, dll). Tapi kemewahan kamarnya ... jangan tanya ... bisa spt hotel Hilton. Budget hotel lain adalah Harris. Kamarnya sedikit lebih mewah dr Citihub, dan disediakan handuk & toiletries, tapi harganya sedikit lebih mahal dr Citihub meskipun ga sampe 600 ribu. Fave juga budget hotel, dan lebih mirip Harris krn fasilitas lebih lengkap.

Nah, kalo Aston itu budget hotel, aku setengah ga percaya. Duluuu sekali aku pernah buka websitenya, dan seingatku itu hotel berbintang yg mahal. Tapi udah lah, wong aku udah dikasih tau harganya cuman segitu, dan ada kamar kosong, apa lagi yg harus diherankan?

Hari Sabtu kemarin, aku udah menyelesaikan tugas monev ke SMPN di dua kabupaten di Jawa Barat. Sebetulnya aku mo nginap di salah satu kabupaten itu aja sambil nunggu pesawat yg membawaku ke Surabaya besoknya, tapi ku pikir lagi itu daerah kecil dan ga ada mall di sana, jadi lebih baik aku menginap di Bandung. Lagian bandaranya emang di Bandung kan, drpd tergesa-gesa & terhambat macet di jalan mending aku nginap di Bandung aja. Jadi lah aku dapat kamar di Aston Braga. Kepala sekolah SMPN yg satu berbaik hati mengantarkan aku & partnerku (dosen universitas lain) ke Bandung krn beliau punya mobil. Kepala sekolah satunya lagi juga ikut krn mo menjenguk keluarganya di Bandung. Meskipun baru kenal sehari, kami berempat sangat akrab. Sepanjang jalan becandaaaaa mulu dan terbahak-bahak.

Akhirnya kami sampai juga di kota Bandung setelah beberapa kali kena macet di jalan. Tapi jalanan di Bandung sama macetnya, dan spt yg ku bilang penyebabnya adalah orang-orang Jakarta. Memasuki jalan Braga, dua tuan rumah banyak bercerita ttgnya.

"Duh, macetnya."
"Jalan Braga ini terkenal, bu. Ini seperti Malioboro-nya Yogya."
"Iya betul, ini jalan bersejarah. Duluuu sekali kedai-kedai di sini tempatnya tuan & nonik Belanda minum teh."
"Coba ibu liat, bangunannya masih spt jaman Belanda kan? Memang dipelihara."
"Eh, tapi sekarang mah, Braga udah berubah, ga kaya dulu. Dulu baguuuus sekali, sekarang kok kacau begini."
"Oh, itu ... itu apa hotel Aston-nya. Deket toko kamera."
"Ooo iya, itu dia."

Kedua tuan rumah ramai bikin conversation sendiri. Aku sampek kudu ngguyu. Ku liat emang papannya Aston udah keliatan. Setelah beberapa saat, sampailah kami di depan Braga City Walk. Itu semacam mall kecil ya, ada karaoke, restoran, toko spatu, dll termasuk hotel Aston. Utk ke hotel, mobil harus masuk tempat parkir yg ada di basement. Setelah berputar-putar dikit, keliatanlah pintu masuk menuju Aston.

Byuh ... hotelnya emang mewah banget. Di dalam hotelnya ada tulisan besar: Concierge. Wah, kalo ada concierge berarti itu hotel bintang lima dong? Dua tuan rumah dan partner dari universitas lain tersenyum aneh melihat Aston. Mereka tidak mengatakan apa pun (padahal tadi rame banget ngobrol), cuma tersenyum lebar sambil tampak heran. Mungkin mereka mbatin gini, "Buset dah, nih dosen kok tajir banget, bisa nginep di hotel mewah kaya gini. Masi sodara ama presiden kali!" Eh, jangankan elu-elu semua, gue aja juga kaget kok liat Aston ternyata semewah ini. Setelah kami bersalaman sambil setengah speechless, mereka berlalu dari kompleks Braga City Walk. Bagaimana dg aku? Waaa ... mumpung udah booking kamar di hotel mewah dg harga miring, aku berjalan dg pedenya menuju ke dalam hotel. Senyumku tersungging dg lebarnya dan pinggulku megal-megol ketika berjalan.

Di resepsionis, dg mantap aku bilang, "Saya udah pesen kamar, atas nama Kusuma." Mbak resepsionis mencari namaku di komputer, tapi keliatannya tak ketemu. Wajahnya keliatan agak bingung sehingga mas di sebelahnya harus membantu. Masi ga ketemu.

"Tidak ada, bu. Apa booking langsung ke kami?"
"Iya, saya langsung telpon ke sini kok."
"Dapatnya harga berapa?"
"400 ribu lebih."
"Ooo itu di Fave, bu."

Hihihihiiiiii ternyata aku dipesankan kamar di hotel budget Fave, yg kebetulan satu perusahaan dg Aston. Jadi gini, Aston itu hotel berbintang, punya anak perusahaan Fave yg hotel budget. Kayak Garuda punya Citilink geto loh. Trus kenapa waktu aku telpon kok dibilang Aston Braga, bukan Fave? Mungkin itu akal-akalan hotel ajah. Sebetulnya Fave ga penuh, tapi bookingnya harus lewat si X biar dia dapet komisi, makanya sama resepsionis diarahkan utk telpon ke X dan disamarkan sbg Aston Bragahahahaha.

Kebetulan Aston Braga & Fave berada di satu gedung, yaitu Braga City Walk. Jadi aku tinggal jalan sedikit di gedung yg sama, udah sampe di Fave. Aku cek di sana, ternyata emang ada namaku. Hihihi. Udah ku duga, aku tidak menginap di Aston Braga, ga mungkin lah dg harga segitu bisa tinggal di hotel berbintang. Gapapa, aku ga keberatan nginap di Fave, toh hotelnya cukup bagus. Lagian banyak hikmahnya:

1. bisa hemat isi kantong.
2. mo ke mana-mana cukup deket krn itu di pusat kota.

... dan yg penting ...

3. keliatan tajir di hadapan 3 orang tadi krn keliatannya pesan kamar hotel Aston Braga.

Hahaha yg terakhir itu cuman becanda ya.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.