Seumur hidup, aku naik turun kendaraan umum karena emang ga punya kendaraan pribadi. Dulu pernah se punya sepeda motor, dibelikan ortu, tapi sekarang itu udah dijual. Banyak pengalaman menarik sebetulnya, pas aku gunakan fasilitas umum berupa kendaraan. Ini dia.
***
Naik LG pas pulang dari Mall Olympic Garden, aku liat kejadian yg lucu tapi bikin kaget juga. Angkot itu lewat jalan Sumbersari yang sempit, hanya pas utk dua mobil berpapasan aja. Di pinggirnya ga ada trotoar, jadi pejalan kaki harus menggunakan bahu jalan berupa tanah. Angkot meluncur di jalan itu tapi tiba-tiba melambat. Tidak lama kemudian, spion sebelah kiri menyenggol lengan seorang laki-laki pejalan kaki, DUL! Sopirnya berteriak ke pejalan kaki itu, "@!*%#& ... sing genah po'o nek mlaku!" Aku sampe kaget setengah mati, bukannya sopir itu yg harus mengalah, jangan terlalu ke pinggir biar ga senggol pejalan kaki? Detik berikutnya, sopir malah ketawa terkekeh-kekeh, sedangkan pejalan kaki yg nampaknya mau marah tidak jadi membalas makian sopir. Dia malah ikutan ketawa dan langsung naik angkot itu. Lalu mereka ngobrol ngalor ngidul. Oooo ternyata mereka kawan baik, dan itu tadi sopirnya becanda pura-pura nutul temannya pake mobil.
***
Jaman dulu satu-satunya tempat belanja yang murah dan bagus di Malang adalah Mitra Dept Store. Matahari dan berbagai mall & plaza belom ada waktu itu. Berangkat dan pulang belanja, aku selalu naik angkot GL. Di deket Mitra ada halte tempat angkot itu menunggu penumpang. Kalo penumpang sudah penuh, baru angkot berangkat. Nah, suatu hari aku masuk ke angkot yang penumpangnya belum penuh, baru ada empat. Ketika ada dua orang lagi mau masuk, kernetnya kasih aba-aba ke semua orang di dalam angkot, "Ya, geser...geser." Maksudnya penumpang diminta memberi tempat duduk untuk orang yang mau naik. Dasar kernetnya usil, berikutnya sambil nahan ketawa dia bilang lagi, "Ya, pantatnya digeser ya, biar bisa masuk." Ini pernyataan yang ambigu, bisa diinterpretasi macam-macam.
***
Urusan di kampus selese sebelum jam 1pm? Aku nggak pulang dulu ah, jalan-jalan di Supermal Pakuwon bentar. Dari kampus Lidah ke Pakuwon nggak mungkin naik taksi krn terlalu deket, sopirnya mana mau. Naik bemo juga ga mungkin, wong ga ada bemo yang menghubungkan dua tempat itu meskipun berdekatan. Satu-satunya angkutan yang memungkinkan adalah ojek. Cukup sering aku pergi ke Pakuwon naik ojek, tapi kapan itu kok pas apes. Yg apes bukan aku tapi tukang ojeknya. Waktu dia antar aku ke mall, dia bilang kalo ada polisi yg liat kami ga pake helm. Untung udah dekat dg mall jadi dia langsung belok masuk ke tempat drop off. Pas aku bayar, dia was-was, katanya mungkin dia ditunggu sampai keluar area mall baru didekati. Wah, sejak itu aku ga berani naik ojek ke mall. Hiks ... kok ga ada bemo yg masuk kampus se? Kalo ada kan enak, aku bisa carter ato gimana gitu tanpa kuatir tak berhelm.
***
Kakakku tinggal di Kalibata waktu itu. Aku mo kunjungi dia di sana, dan dia beri petunjuk tentang cara naik kendaraan umum dari halte bis bandara di Blok M. Dia bilang, "Dari Blok M kamu naik bis jurusan Pasar Minggu ya, terus turun di Kalibata." Pas sampe di Blok M, aku lakukan yang dia sarankan. Pas naik bis, sepanjang jalan aku agak heran. Kernetnya teriak-teriak ke calon penumpang di pinggir jalan, "Pyo! Pyo!" Aku bingung juga, maksudnya apa sih pyo itu? Setelah ku pikir-pikir, aku menduga pyo itu maksudnya Pasar Minggu, diucapkan cepat jadi terdengar seperti pyo.
***
Bis Malang-Surabaya adalah kendaraan yg mungkin paling sering kunaiki. Gimana tidak, wong itu alat transport dari rumah ke tempat kerja. Pernah ada kejadian mengerikan pas naik bis itu pagi hari. Biasanya bis berhenti di Purwosari untuk menurunkan dan menaikkan penumpang, tapi anehnya waktu itu tidak ada tanda-tanda bis mo berhenti waktu mendekati pasar Purwosari. Bis tetep melaju kencang. Kemudian bis itu nyenggol sebuah truk yang mengangkut barang terbuat dari kaca di pinggir jalan, sehingga truk terguling ke samping dan isinya pecah berantakan. Aku menjerit ngeri, tapi anehnya penumpang lain cuma bilang usss...usss. Lalu bis nyenggol dua kendaraan lagi sehingga kendaraan itu terguling, akhirnya bis berhenti juga tidak jauh dari pasar. Baru penumpang di sekitarku ramai berkomentar.
"Ooo itu tadi remnya blong."
"Iya, untung sopirnya pinter."
"He eh, dia totol truk dan mobil tadi untuk mengurangi laju bis."
"Pinter sopirnya, semua penumpang selamat."
"Untung ya di tikungan tadi ga ada orang nyebrang. Kalo ada, udah berangkat dia."
... dan sebagainya.
Halah, aku udah ga bisa ngomong saking shock-nya. Aku sibuk menenangkan diri abis menyaksikan adegan bak di film action.