Garden of words -- sekumpulan kata-kata yang berwarna-warni tumbuh di kebun cyber milikku.

Monday, May 30, 2011

Bionic Boy

"Eh...aku nemu Bionic Boy di internet lho, udah ku download," aku bilang ke kakakku yg tinggal di Jakarta lewat telpon.
Dia kedengaran agak lost. "Bionic Boy?"
"Iya, film yg kita tonton dulu itu lho, pas kita masih SD," jawabku antusias.
"Ooo yg dibuat sebelum Six Million Dollar Man ya?" katanya.
"Lhoo bukan. Itu malah dibuat setelah Six Million Dollar Man dan Bionic Woman ngetop."
"O iya, kayaknya itu diputer di TV ya?"
"Lhoooooo bukan. Itu film bioskop. Kita dulu nonton film itu di bioskop pas SD. Masa se ga ingat?"
Ternyata kakakku betul-betul ga ingat. Jadinya lucu, aku dengan antusias ngobrol soal film itu, kakakku malah agak bingung aku ngomong apa.

Aku tidak terlalu sering ke bioskop pas kecil, jadi ingat betul film apa aja yg aku tonton. Bionic Boy ini salah satunya. Detil filmnya aku jelas ga bisa recall, tapi masih ingat jelas penutupnya, di mana di anak kecil bionic ini berjalan menyusuri batuan di pantai pake jaket pink dan celana panjang warna hijau tua.


Menurutku film itu bagus dan keren...tapi dulu jaman taun 70-an! Ternyata setelah nonton lagi di milenium ketiga ini, hahaha...kok norak banget. Kalo dibanding film action macem Speed ato MacGyver ya jauh lah. Tapi tiap film emang ada jamannya. Taun 70-an itu kan film berbau bionic sangat menjual, dipicu keberhasilan serial Six Million Dollar Man. Ya mirip-mirip tema The Matrix yg ditiru oleh banyak film, antaranya Underworld dan Equilibrium. Karena laki-laki dewasa dan wanita dewasa udah ada film bionicnya, maka dibuatlah yg versi anak kecil, jadi Bionic Boy.

Jaman segitu, film itu begitu impressive. Aku sampe antusias cerita ke temen-temen sekolah abis nonton, dan minta mereka nonton juga. Wuih...pokoknya itu film paling seru pas aku masih SD. Makanya aku heran, takjub dan tidak habis pikir kok kakakku bisa lupa sama sekali dengan film Bionic Boy. Hahaha aku jadi pingin ketawa....

Sunday, May 29, 2011

Labyrinth

Ini dia salah satu film yg sangat ku sukai: Labyrinth. Film ini jadul banget, dirilis taun 1986, pas aku masih muda. Untuk ukuran taun segitu, film ini FXnya bagus sekali. Kalo dibanding dg The Matrix (1999) ya emang kalah jauh FXnya, tapi tetep aja masih termasuk bagus.

Ceritanya juga tidak kalah menarik, tentang seorang gadis cantik molek bernama Sarah yg berpetualang ke negeri aneh karena ulah makhluk jahat bernama Jareth. Jareth ini adalah raja kota Goblin di negeri antah berantah, dan dia menaruh hati ke Sarah begitu dalamnya sampai melakukan hal-hal buruk untuk mendapatkan dia. Yaaahh....jelas Sarah ga mau dong. Wong dia cuantik banget, coba liat...


Sekarang coba liat wajah Jareth yg menyeramkan ....


Wajahnya yg bengis dan tubuhnya yg kurus ceking memancarkan aura kegelapan yg menarik burung-burung gagak untuk mendekat. Kok lain banget wajahnya dg Chris Noth yg super cakep. Hehehe.


Jareth tinggal di Goblin City yg dihuni makhluk-makhluk seram dan aneh, dengan alam yg tidak kalah anehnya. Puri yg ditinggalinya dikelilingi labyrinth yg gersang dan membingungkan. Pokoknya bukan tempat yg layak untuk manusia sekelas Sarah. Gitu Sarah diharuskan tinggal dengannya. Waaah ya jelas ga mau lah.

Tapi namanya makhluk jahat, pasti menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, seburuk apa pun itu. Jareth menculik adik Sarah yg masih bayi, lalu meletakkan Sarah di bagian awal labyrinth. Kalau Sarah ingin mendapatkan kembali adiknya, dia harus bisa melewati labyrinth sampai ke purinya di puncak Goblin City. Karena niat baik dan keinginan yg kuat, akhirnya Sarah berhasil mencapai puri dan menyelamatkan adiknya dr Jareth. Jareth yg telah kalah berubah menjadi wujud aslinya, yaitu seekor burung hantu. Ooo pantesan wajahnya jelek banget sebagai manusia, wong aslinya emang burung hantu hehehe.

Ceritanya emang sederhana, tapi film ini menarik buatku. Ndak tau udah tak tonton berapa kali sejak taun 80-an dulu, mungkin udah ratusan kali. Dulu cuma punya film ini dalam bentuk video Beta. Tapi lama-lama videonya berjamur, playernya juga rusak. Untung pas studi di Oz aku nemu DVD-nya di Kmart, ya langsung beli aja. Bahkan CD soundtracknya dijual juga di HMV, aku beli juga hahaha. Emang selalu gitu, kalo aku suka filmnya, pasti beli videonya dan CD soundtracknya. Kapan-kapan ku pamerkan koleksiku yg berupa video & CD.

Thursday, May 26, 2011

Greed is the root of evil

Dua orang ini sama persis, padahal mereka tinggal berjauhan dan tidak saling mengenal. Satu di Surabaya dan satu di Malang, tapi kok bisa ya banyak banget kesamaannya. Mereka sama-sama kaya-raya dengan rumah besoaaarrr, berlantai dua dengan ruang di tengahnya yg memungkinkan orang di lantai atas untuk melihat bagian bawah rumah, persis rumah mewah di sinetron. Mobilnya? Ya pasti sedan mulus yang kinclong. Barang-barang lain juga tidak kalah mewah dan bagus. Masa iya rumah sekelas sinetron pake barang sekelas kaki lima? Tak mungkin lah.

Kesamaan mereka tidak hanya sebatas itu, tapi juga ada yang lain: dua-duanya jutek ke aku karena iri. Tetanggaku iri karena aku berhasil beli rumah yg kutempati sekarang dg harga sangat miring, padahal dia dulu menawar rumah ini ke pemilik lama dg harga lebih tinggi tapi tidak dikasih. Sedangkan kolegaku iri karena aku dilibatkan di tugas-tugas yang HRnya lumayan, tapi dia tidak karena memang level pendidikannya tidak memenuhi syarat. Akibatnya mereka super jutek ke aku dan menunjukkan gelagat yang tidak enak sampai sekarang. Rasa iri itu tidak hanya disimpan tentunya, tapi diungkapkan langsung ke aku.

Oalah ibu-ibu elit ini...hidup sekali aja kok dibikin masalah. Bu, kenapa tidak bersyukur aja atas semua yg kalian miliki. Coba deh bandingkan apa yg kalian miliki dg apa yg aku miliki. Jauh bok! Rumah tetanggaku ini besar banget, dua kapling. Di sebelahnya adalah kos-kosan punya dia juga, dan dua kapling juga. Kebayang ngga besarnya? Lha kalo dibanding rumahku, ya punyaku cuma seujung kuku, wong itu cuma satu kapling. Udah gitu banyak bagian yg keropos dan jebol karena kosong dlm waktu lama sebelum ku beli. Kualitas bangunannya ya gitu deh. Terus soal duit, kolegaku ini sangat doyan nerima HR. Saking doyannya, HR punya orang lain pun ikutan diitung dan diurusi, meskipun sebetulnya itu bukan urusan dia sama sekali. Kalo ada "kesenjangan" mulailah dia lancarkan sindiran (yg tidak pernah halus).

Sebetulnya kalo mereka mau duduk dg tenang dan berpikir dg jernih, mereka tidak akan pernah merasa iri atas apa yg aku miliki ato terima karena sebetulnya yg mereka miliki jauh lebih banyak. Mereka akan justru sangat bersyukur kalo meliat aku. Mereka mo bikin kue bisa krn punya oven, mo duduk santai di rumah bisa krn banyak kursi dan sofa, mo beli es krim 2 liter juga bisa krn punya kulkas buat simpan, mo beli barang-barang mahal bisa banget tanpa harus mikir kredit yg harus dilunasi, mo berlibur ke Italia lagi bisa krn emang dana berlibur sangat berlebih, dll dll dll.

Apa yg mereka miliki sudah lebih dari cukup, ato boleh dibilang jumlah lebihnya bukan kuadrat lagi tapi pangkat 10, saking banyaknya. Itu sebetulnya alasan yg sangat tepat dan kuat untuk bersyukur, bahwa hidupnya sangat nyaman dan berkecukupan. Tapi kata bersyukur kayaknya tidak ada dalam kamus mereka, sehingga sifat greedy lebih dominan. Selalu merasa kurang ... kurang ... dan kurang. Mending kalo ngerasa amal baiknya yg kurang, ini ngga, malah memandang hal-hal duniawi aja yg kurang. Ga takut tah umur kita semakin berkurang tiap tahun, berarti apanya yg semakin dekat? Kan mending siap-siap buat itu. Hal-hal duniawi kan ga bakal dibawa? Dan juga ga bakal diitung nantinya? Stop being greedy and start to be grateful!

Thursday, May 5, 2011

Beautiful Songs

Kakiku memang menginjak di bumi 2011, tapi kepalaku kok masih berada di dekade 70-an, 80-an dan 90-an. Lagu-lagu yang masuk ke telingaku dinyanyikan oleh singers di masa itu. Rasanya kok enak gitu loh, dengerkan lagu-lagu lawas yg dirilis jaman dulu kala. Ini ya lagunya...

I Can't Go for That punya Hall & Oates ngetop banget pas aku masih remaja. Hampir tiap pagi kakakku setel lagu ini kenceng sekali di rumah kami. Coba dengerkan musiknya, elektrik banget. Hanya berbekal satu synthesizer Hall & Oates yg jenius di bidang musik bisa menciptakan lagu keren.


Loin oleh L'Affaire Louis Trio dari Perancis juga bagus. Dulu nonton lagunya di MCM, stasiun TV Perancis yg disiarkan di Indonesia. Tiap hari kerjaku duduk di depan TV nonton lagu ini. Konsep video klipnya orisinil menurutku. Gambarnya dibuat kecoklatan, menyesuaikan dengan warna alat musik string yg digunakan di lagu ini. Melankolis...


Le Cantique Mecanique dinyanyikan oleh Laurent Voulzy. Tau lagu ini dari MCM juga. Nyeni yah klipnya: lilin-lilin besar, buku yg terlempar, kertas-kertas berisi not balok, Laurent lari, dan sebagainya. Musiknya khas 90-an, dan menggambarkan judulnya yaitu mechanical chant.


Libertad ini lagu jadul taun 70-an yg didendangkan oleh George Baker Selection dari Belanda. Dulu waktu kecil masih kelas 4 SD aku udah suka sekali lagu ini biarpun ga tau artinya. Sekarang setelah bisa bahasa Inggris, jadi makin suka karena isi lagunya sangat bermakna. It's the freedom from inside. Itu yg dinyanyikan George Baker. Orang bisa mendapatkan kebebasan dari diri sendiri.


Alfie aslinya dinyanyikan Dionne Warwick taun 70-an, tapi Everything But The Girl ikutan nyanyikan lagu ini, dan nurutku yg kedua lebih bagus. Ya musiknya, ya vokalnya. Pas denger yg asli rasanya biasa aja, tapi pas denger EBTG melagukan Alfie di dalam pesawat Qantas aku langsung suka. Bukan EBTG sungguhan yg berada di pesawat tentunya, tapi lagunya yg masuk di entertainmentnya pesawat Qantas yg terbang dr Denpasar ke Melbourne sekitar taun 1997 hehehe. And if only fools are kind, Alfie, then I guess it's wise to be cruel....

A prayer

Tuhan, terima kasih Engkau telah menciptakan kota Pompeii. Suatu kota dengan penduduk yang memiliki peradaban tinggi. Teknologi dan seni telah berkembang pesat di sana pada awal-awal abad Masehi. Hasil karya penduduk Pompeii masih terpelihara dengan baik hingga detilnya karena abu vulkanik yang melindunginya selama lebih dari seribu tahun. Di masa kini orang masih bisa mengapresiasi karya mereka.

Tuhan, semoga Engkau ijinkan aku untuk terbang ke sana. Menginjakkan kaki ke tanah yang beribu-ribu bulan yang lalu menjadi tanah berpijak bagi manusia berperadaban tinggi. I will be on top of the world when I'm in Pompeii.