Garden of words -- sekumpulan kata-kata yang berwarna-warni tumbuh di kebun cyber milikku.

Sunday, June 24, 2012

Milk pitcher



Semuanya berawal dari kegemaran minum kopi. Kalo minum kopi di hotel-hotel pasti kan disediakan cangkir, gula dan susu. Kopi yg mereka sediakan tentu saja black coffee, yaitu kopi bubuk yg diseduh air panas. Rasanya pahit, dan bagi yg tidak suka kopi pahit boleh tambahkan gula atau susu cair. Aku ndak suka kopi manis, makanya lebih suka tambahkan susu aja ke kopiku. Minum kopi susu panas di pagi hari dengan roti  ... mmm ......


Nah, dari seringnya disuguhi kopi beserta gula dan susu, aku kok lama-lama tertarik dg tempat susu cair yg disebut dengan milk pitcher atau milk jug. Bentuknya seperti teko tapi ukurannya lebih kecil dan tanpa tutup. Ada yg kecil sekali sehingga hanya muat sedikit susu untuk satu kali minum kopi, tapi ada juga yang besar dan isinya bisa dipake untuk minum kopi secara berjamaah.


Milk pitcherku yg pertama aku beli di Kmart Melbourne (paling kanan di gambar atas). Di sana tersedia set lengkap peralatan untuk makan dan minum, dan aku beli beberapa peralatan seperti tempat telur rebus, piring, dan lain-lain, termasuk milk pitcher. Setelah itu, aku beli lagi dan lagi tiap kali liat milk pitcher. Aku sampe blusukan ke Pasar Besar Malang, toko-toko pecah belah di daerah Pecinan Malang, supermarket, dan department stores. Tiap kali nemu milk pitcher dg bentuk yg beda, aku pasti beli.


Sekarang udah lumayan jumlahnya. Ada milk pitcher kecil, milk pitcher besar. Ada milk pitcher bundar, ada milk pitcher kotak. Ada milk pitcher putih, ada milk pitcher biru. Ada milk pitcher dengan pegangan, ada milk pitcher tanpa pegangan.Ada milk pitcher yg murah, tapi ndak ada milk pitcher yg mahal kok.


Monday, June 18, 2012

Ranti


Osan tiba-tiba berteriak sambil memegangi lengannya, "Aduh, aduuuuh. Sakit!"
Aku lihat lengan kirinya, ada cairan merah mengalir di sana. Kaget juga yah, wong dia barusan sampai di rumahku, masih di halaman depan, masuk rumah pun belum, kok tiba-tiba terluka.
Agak panik, aku hampiri dia, "Sini, masuk ke dalam, aku kasih tisu. Wah, aku kok ya ga punya obat luka."
Memang aku tidak punya persediaan obat yg lengkap, paling obat flu, obat sakit perut dan vitamin. Kalo kotak P3K lengkap aku ga punya. Aku tarik lengan Osan supaya dia mau masuk ke dalam rumah, tapi tiba-tiba ... dia tertawa geli dan bilang, "Heheheeee. Enggak kok. Ini tadi tak kasih tanaman itu lho." Dia menunjuk tanaman ranti di sebelahnya. Oooo hahahaaaa. Aku jadi ikutan ketawa. Lega juga ya, ternyata dia tidak terluka.

Ranti adalah tanaman hias dengan daun hijau tua dan buah berwarna merah terang. Buahnya sangat kecil, tapi tubuh bergerombol. Tentu saja buahnya ga bisa dimakan, tapi bisa dipake mainan oleh anak usil macam Osan. Kalo buahnya dipencet, akan keluar cairan warna merah terang, mirip warna darah segar. Orang yg tidak teliti akan kesulitan membedakan keduanya, makanya bisa kecele kayak aku tadi. Menurutku tanaman ini cantik. Daunnya rimbun dan buahnya juga banyak. Ditanam satu aja di taman, maka di dekatnya akan segara tumbuh anaknya dalam jumlah banyak. Tumbuhnya pun tidak sulit, asalkan tanahnya subur di tempat yg rindang, dia akan segera berkembang biak. Kalo tumbuh di tempat yg banyak sinar matahari, daunnya jadi 'terbakar' dan berwarna kecoklatan, tidak bisa sehijau daun pada umumnya.

Aku punya dua tanaman induk ranti di rumah, satu di halaman depan dan satu di halaman belakang. Asalnya dari mana lagi kalo bukan ... dari rumah lama. Setelah pindah, aku masih sering kunjungi rumah lama utk ambil tanaman dari sana, salah satunya ranti. Sekarang kedua tanaman itu tumbuh dg baik di rumah baru.

Monday, June 11, 2012

Traffic jam

Macet lagi, macet lagi
Gara-gara si Komo lewat

Itu bunyi sepenggal lirik lagu anak-anak yg ngetop di era 90-an. Nah, kemarin si Komo ternyata lewat Pandaan, tepatnya di depan pabrik air minum Aqucui. Si Komo yg sedang lewat menyebabkan sebuah truk trailer yg terguling. Akibatnya bisa diduga: macet lagi!

Kemarin aku pulang dr Surabaya sekitar jam 2 pm. Jalan di ruas Porong-Gempol-Japanan lancar sekali kayak jalan tol. Dulunya tempat itu raja macet, tapi sejak dioperasikan jalan arteri Porong kemacetan jadi terurai dan ga ada masalah lagi. Kemarin sempat optimis bisa pulang sebelum maghrib krn kelancaran lalu lintas di daerah situ. Tapi optimisme langsung anjlok begitu melihat kendaraan padat berjajar di depan Taman Dayu, Pandaan. Kendaraan bermotor besar dan kecil antre dan hampir tidak bergerak. Begitu pula bis Restu yg aku kendarai. Maju dua-tiga meter, terus berhenti lama. Begituuu terus. Serasa mengendari siput. Mana sopirnya nyebelin lagi. Tidak seperti sopir bis lainnya, dia tergolong sopir yg 'sopan'. Kalo kendaraan di depannya maju sedikit, dia tidak segera merapatkan bis ke kendaraan itu, tapi menunggu sampe mobil depannya itu bergerak kira-kira 10 meter, baru dia maju pelan-pelan mendekat. Bisa ditebak, kendaraan kecil-kecil spt Avanza atau Xenia langsung menyalip dan mengisi kekosongan itu. Bis jadi antre di belakangnya. Selain itu, dia selalu tetap berada di jalan aspal, padahal kalo sopir bis lain pasti udah ngebut di sepanjang bahu jalan yg tak beraspal begitu ada kesempatan. Sayang, bahu jalan yg kosong dan sebetulnya cukup utk lewatnya bis tidak dia manfaatkan sama sekali. Repot juga ya kalo kena sopir yang santun dan tak bernyali kalo pas macet gini...

Setelah terjebak macet dan bersiput ria selama kira-kira 2 jam, akhirnya nampak juga penyebab kemacetan itu. Sebuah truk trailer warna biru terguling melintang di jalur sebelah kiri jalan Surabaya-Malang, dengan moncong truk menengadah ke atas. Mulai bahu jalan sebelah kanan sampe pembatas marka di tengah jalan dipake truk trailer untuk berbaring. Jalan sebelah kiri jadi tertutup total dan ga bisa dilewati. Akibatnya jalan sebelah kanan yg harusnya satu jalur harus jadi dua jalur. Kendaraan jadi lambat dan menyebabkan kemacetan luar biasa. Sekumpulan pak pulisi yg menjaga di dekat situ bilang gini pake pengeras suara, "Sabaaar, sabaaar. Nek pingin lancar, nek pingin ga macet, numpak pesawat ae. Sabar yo penumpaaaang."

Lho, ini aku udah sabar banget. Aku udah capek, berdiri mulai Surabaya sampe Pandaan selama 4 jam krn ga dapat tempat duduk, kena asap rokok sopir, kena hawa sumuk, ga ngomel-ngomel ... kurang sabar gimana?

Sunday, June 10, 2012

Lho?!

Kemarin pagi salah seorang peserta PLPG mengacungkan tangan di kelas.
"Ya, pak?" tanyaku.
"Bu, kalo bisa kelas diakhiri sebelum setengah enam. Bukannya apa, tapi kami ada yg tinggal di hotel jauh dari sini, jadi kalo bisa pulang awal saja. Kan keamanan di sini kurang terjamin, barusan ada pembunuhan, jadi kami tidak berani kalo pulang setengah enam," kata bapak itu dengan berapi-api.
"Bapak ditempatkan di hotel mana?" tanyaku lagi.
"Jauh, bu. Di dekat Tugu Pahlawan sana. Pulangnya awal saja."
"Ooo itu se ... dekat, pak."
Bapak itu tidak terima, dengan wajah sebal dia bilang, "Huh, Tugu Pahlawan kok dekat."
Aku lebih tidak terima lagi. "Lho?! Bapak kira saya nanti pulang ke mana?"
Bapak itu diam tidak tahu jawabnya. Aku ulangi lagi pertanyaanku ke semua peserta di kelas itu.
"Hayo, saya nanti pulang ke mana coba?"
Beberapa tampak bingung krn memang tidak tahu jawabnya. Terus ada seorang peserta lain yg mungkin udah kenal aku sebelumnya, dia bilang, "Ke Malang."
"Iya, betul. Saya nanti pulang ke Malang. Itu lebih jauh dr Tugu Pahlawan kan? Kalo saya keluar dari kampus jam setengah enam, saya tiba di rumah empat jam kemudian. Bapak se, enak. Masih pulang ke dalam kota."
Bapak itu langsung diam, tidak meneruskan protesnya. Aku lanjutkan penjelasanku.
"Dan soal keamanan di kampus, tidak usah kuatir. Kalo kita nanti pulang setengah enam kampus ini masih ramai kok, pasti aman. Kalo kapan itu ada pembunuhan, itu tidak terkait dengan warga kampus ini. Itu orang luar yg melakukan kejahatan, ndak ada urusan dengan kampus, tapi kampus ini pas apes jadi tempat kejadian perkara tindak kriminal."
Nah, udah beres. Akhirnya diklat berakhir pukul setengah enam tanpa ada keberatan lagi.

Empat jam kemudian, sekitar pukul 9.30 aku turun dari angkot. Tinggal jalan sedikit, sekitar 5 menit, aku akan sampai di rumah. Seperti biasa, aku kalo jalan ga liat kiri kanan, tapi menunduk. Kebiasaan aja. Pas berjalan itu lah, aku liat sesuatu di depanku. Lho?! Apa itu, kok kayak uang kertas yg terlipat? Aku amati benda itu lebih dekat. Ooo ternyata emang uang. Duit Rp. 5000 itu kusut seperti habis digenggam. Mungkin orang yg punya duit itu ga sadar kalo uangnya jatuh. Wah kasihan. Aku ambil uang itu, tapi aku tidak berniat utk memilikinya krn emang bukan milikku. Kan kalo kita nemu sesuatu yg bukan milik kita harus disumbangkan ke masjid ato fakir miskin ato yatim piatu. Maksudku besok pagi mo ku masukkan ke kotak amal di masjid dekat situ, sekarang pasti masjid udah tutup krn udah malem.

Beberapa langkah kemudian aku lewat di depan masjid. Lho?! Masjidnya masih buka! Kok aneh ya, biasanya kalo aku pulang dr Surabaya lewat di depannya jam 8 malam, dan masjid selalu udah gelap dan terkunci pintunya, ini udah jam 9.30 kok masih buka? Ya udah, sekalian aja uang itu aku masukkan sekarang. Aku langkahkan kaki menuju masjid. Semua pintu rumah Tuhan itu terbuka lebar. Jendela juga terbuka. Bagian dalam sangat terang benderang. Aku lepas sepatuku, lalu menapak dua anak tangga di bagian depan masjid. Halaman masjid sangat sepi, begitu pula di dalamnya, tidak ada seorang pun. Aku tengok kanan kiri dulu dari pintu depan untuk melihat apa ada orang di dalam, maklum yg ku masuki adalah area khusus pria. Maksudku aku mo bilang permisi kalo emang ada orang. Tapi ternyata tidak ada siapa pun, betul-betul sunyi. Aku melangkah ke dalam mendekati kotak kayu tempat amal, memasukkan uang temuan tadi, lalu keluar.

Setengah sepuluh lebih sedikit aku sampai di gerbang rumah. Masuk, mandi, keramas, keringkan rambut pake hair dryer, maem kue, minum susu hangat, terus tidur. Zzzzzzz. Besoknya bangun pagi. Abis minum kopi susu dan maem sedikit coklat almond Silver Queen, aku ambil dari belakang rumah: dingklik, cetok, linggis, dan sapu lidi. Hari ini aku harus bersihkan taman di depan rumah. Bukan taman di dalam pagar ya, tapi taman kecil di luar pagar rumah yg berada di pinggir jalan. Di perumahanku kan ga ada trotoar, dan tanah di luar pagar itu dimiliki oleh yg punya rumah untuk ditanami. Nah, taman kecil itu udah lama tidak aku bersihkan, mungkin sekitar 4 bulan terlantar. Yg namanya rumput dan tanaman liar ... tumbuh subur di sana, sampe setinggi pinggang. Rimbun banget, kayak rimba di Papua. Taman di depan rumah tetangga rapi semua, cuma punyaku yg tak terawat, malu kan. Makanya tadi aku singsingkan lengan baju utk bersihkan taman itu. Rumput yang panjang harus diambil dulu, lalu tanahnya dilinggis biar agak gembur. Baru lah tanah itu dibolak-balik pake cetok biar bisa ku ambil akar dan umbi rumput. Baru membersihkan rumput di tanah sekitar 1x1 meter ... aduh, kok capek banget ya. Memang kemarin tidur larut malam dan tadi bangun pagi, jadi mungkin tidurnya kurang dan capeknya cepet datang lagi. Aku hentikan aja kegiatan 'merumput', sisanya yg 1 x 9 meter itu lain kali aja. Betul-betul ga kuat deh. Aku masuk ke rumah, cuci tangan dan kaki, terus tidur. Zzzzzz. Bangun bentar, minum, cek email, terus tidur lagi. Zzzzzzz. Bangun jam 2 siang, aduh ... lapar. Waktunya beli makan siang. Aku ganti baju terus keluar dari rumah. Lho?! Tamanku yg belum selese kubersihkan tadi kok jadi bersih ... sih ... sih dari rumput dan tanaman liar. Tanah yg sempit memanjang itu tampak sangat rapi. Tanaman hias yg sebelumnya tidak nampak krn tertutup rumput dan tanaman liar, kini memamerkan diri. Tadi yg kubersihkan cuman 1 meter, siapa gerangan yg membersihkan 9 meter sisanya waktu aku tidur tadi? Kok baik hati banget. Aku sampe terheran-heran. Siapa ya? Siapa? Masa ada tetangga yg diam-diam bersihkan tamanku? Kayaknya ga mungkin, wong aku cuek ama tetangga. Lagian mereka tipe orang elit yg ga mau mengotori tangannya dg tanah kebun. Tapi kalo bukan tetangga, terus siapa? Masa ada orang lewat yg iseng bersihkan tamanku? Lebih ga mungkin lagi.

Dua hari terakhir ini penuh keanehan dan keajaiban.

Tuesday, June 5, 2012

Tulips

Tulip itu bunga yg indah. Bentuknya simple tapi cantik. Sejak dahulu kala aku ingin sekali pergi ke Belanda dan menyaksikan tumbuhnya bunga tulip warna-warni di taman-taman kota, seperti yg ku liat di foto-foto majalah atau kalender. Gimana ya rasanya, foto-foto dekat bunga cantik?


Ternyata keinginanku terkabul. Memang aku tidak bisa bepergian ke negeri kincir angin, terlalu mahal bok. Tapi di dekat Melbourne ada kebun tulip yg luas, dan tiap taun sekitar bulan Oktober kebun ini terbuka untuk umum. Oktober tuh musim semi di Oz, waktunya bunga-bunga mekar. Semua tulip di kebun itu juga pada mekar, makanya pemilik kebun tulip mengadakan Tesselaar Tulip Festival. Pada musim itu semua tulip di tanah yg sangat luas (ndak tau berapa hektar) milik Tuan Tesselaar yg keturunan Belanda mekar semua. Ada tulip merah, tulip kuning, tulip putih, tulip hitam, tulip oranye, tulip ungu, tulip hijau (maksudnya tulip yg masih kuncup), tulip coklat (maksudnya tulip yg udah layu), dll. Yg ndak ada cuman tulip biru.


Aku udah dua kali ke festival tulip itu, kalo ndak salah Oktober 2003 pas baru masuk Monash Uni, dan Oktober 2006 bersama dg orang-orang sak fakultas dlm rangka rekreasi dg international students. Tumben aku mau pergi rame-rame, biasanya lebih suka pergi sendiri hehehe, itu karena lihainya temen-temen sekantor (Nok, Raqib, Sara & Renee) merayu aku utk ikut. Ternyata memang menyenangkan liat begitu banyak tulip rame-rame, seru aja bisa liat bunga cantik plus berkomentar rame-rame juga dan tidak lupa foto-foto berjamaah. Pas aku berfoto di antara hamparan bunga tulip, serasa menjadi Putri Tulip.


Tidak hanya bunga tulip yang jadi daya tarik Tesselaar Tulip Festival, ada berbagai benda dan kegiatan yg berbau Belanda di sana. Pengen beli suvenir? Di toko suvenir bisa milih berbagai benda keramik bertema kincir angin atau clogs (klompen khas Belanda). Pengen tau kendaraan kuno jaman Belanda? Ada sepeda pancal jadul dipasang di taman utk foto-foto. Pengen ikutan permainan tradisional Belanda? Ada kok kegiatannya. Pengen cari jodoh? Ada wishing well, itu sumur kecil tempat minta sesuatu. Kalo kita lempar koin ke dalamnya sambil minta sesuatu, maka keinginan kita akan terkabul. Sebetulnya aku mau minta jodoh di sumur itu, tapi kok aku malu sama teman-temanku (kayak lirik lagunya Wali), ya ngga jadi deh hahahahaa...


Nah, sejak melihat bunga tulip cantik-cantik di sana, aku jadi kena demam tulip. Diantaranya, aku jadi suka pake baju dengan lengan tulip. Sebetulnya lengan tulip itu ngetop di jaman 70-an pas aku masih kecil, jadi itu bukan lengan model baru. Taun 1981-1983 aku dapat pelajaran ketrampilan di SMP, dan aku ikut kelas menjahit. Pada taun-taun itu aku ingin menjahit baju dengan lengan tulip, tapi masih belom bisa. Wong bikin lengan biasa aja masih mencang-mencong. Terpaksa keinginan punya baju berlengan tulip ditahan dulu. Lha kok kebetulan taun 2012 ini lengan tulip kembali populer. Banyak banget baju-baju murah berlengan tulip dijual di Malang, ya aku beli  dong. Aku udah punya tiga lho. Ini ya ku pamerkan.


Demikianlah kisah Putri Tulip........