Garden of words -- sekumpulan kata-kata yang berwarna-warni tumbuh di kebun cyber milikku.

Monday, December 31, 2012

Queue

Antri yuk, antriii. Nerombol yuk, neromboool.

Kali ini aku berkisah tentang budaya antri dan budaya nerombol. Lebih bagus mana, antri apa nerombol? Nurutku sih, lebih baik kita antri. Tapi untuk orang lain mungkin nerombol lebih baik krn urusan jadi lebih cepat selese. Coba baca yg ini.

Pagi itu di Matahari Dept Store orang berjejal-jejal untuk memilih barang yg hendak di beli. Tua muda, miskin kaya, laki perempuan, semua asyik berbelanja di sana. Akibatnya bisa diduga, antrian di kasir jadi panjang, sampe berbelok ke tempat baju-baju di pajang. Kira-kira 20 orang sedang berbaris tertib di depan kasir. Aku, yang udah dapat bon dari penjaga stand baju Corniche, segera ikut antri. Ku liat antrian yg mengular sampe di sebelah box tempat baju-baju obral. "Wah, mana nih ujung antrian?" pikirku, "Kayaknya ibu paruh baya itu lah yg terakhir antri, tapi kok dia sibuk milih-milih baju di box itu?" Awalnya aku berdiri di belakang ibu berbaju merah jambu itu. Eh, tapi kok kayaknya dia asyik banget mengangkat baju-baju di box dg kedua tangannya utk melihat model baju. Aku menduga dia bukan bagian dari antrian di kasir, cuma kebetulan berdiri dekat antrian. Maka aku pun maju selangkah sehingga posisiku di belakang orang yg jelas-jelas sedang antri.

Setelah beberapa menit, aku noleh ke belakang. Lho, ibu tadi berdiri di belakangku! Aku tanya, "Ibu tadi antri ya?" Ibu itu tersenyum manis kepadaku, "Nggih."  Wadaaaaaaawwww, ternyata aku udah nerombol! Cepat-cepat aku minta maaf ke dia sambil pindah posisi ke belakangnya. Duh, malunya, jadi pelaku penerombolan. Padahal aku sendiri amat sangat tidak suka diterombol, lha kok sekarang malah melakukannya. Dulu pas antri di Ratu supermarket, aku pernah diterombol. Waktu itu antrian sangat panjang krn memang akhir minggu waktunya belanja. Pas aku antri dg tertib, sepasang muda-mudi (kayaknya anak SMA) tiba-tiba ndusel ambil tempat di depanku sambil senyum-senyum. Wah, ya aku tersinggung dong. Wong aku sendiri udah berdiri di sana menunggu giliran utk dilayani kasir sampe kakiku kemeng gini kok! Enak betul ya orang lain ga mau repot terus ambil shortcut gitu. Dg suara galak, aku beritau mereka, "Mbak, mas, antri di belakang ya. Kasihan yang ada di belakang saya." Mereka cuma cengengesan dan tetap berdiri di depanku. "Jangan nerombol ya. Kayak orang ga berpendidikan aja," kataku. Nah, mempan. Mereka akhirnya pergi dari situ. Ga tau, mereka akhirnya antri di belakang atau nerombol di antrian lain.

Kembali ke kasus penerombolan di Matahari tadi, aku merasa bersalah, krn (1) nerombol itu sangat ga baik, dan (2) ibu yg aku trombol tadi sedikit pun tidak tersinggung, malah maklum (duuuh beda banget ya dg aku). Untung udah kuperbaiki kesalahanku dg mendahulukan ibu itu, sesuai dg yg seharusnya.

Menunggu belasan orang utk dilayani kasir sangat menjemukan krn butuh waktu lama. Kalo menunggu gitu enaknya ngapain? Jawabku tentunya: main game! Hahaha. Ku ambil hape dan mainkan Tetris. Menunggu jadi nyaman, karena konsentrasi terarah ke Tetris, diiringi dengan lagu Ave Maria yg dilantunkan dg syahdu oleh penyanyi wanita dan juga lagu-lagu Natal lain. Kok ga ada lagu O Holy Night punya Josh Groban ya? Taun lalu Matahari bolak balik mutar lagu tsb, tapi tahun ini kok ga ada. Ndak papa, pokoknya asyik main game sambil dengerin lagu.

Tak terasa, waktu berlalu dan antrian di depanku semakin pendek. Nah, tinggal dua orang lagi, aku bisa membayar di kasir. Aku matikan game hape, dan mulai menyiapkan kartu. Eh, kok tiba-tiba ada seorang ibu gemuk yg berdiri persis di sebelahku ya? Seperti aku, dia pegang nota. Berarti dia juga mau bayar di kasir dong? Trus kenapa kok antri di sebelahku? Waaa ... aku mulai mencium gelagat penerombolan. Benar aja, begitu orang di depanku udah selesai bayar, dia cepat-cepat meletakkan notanya di depan kasir. Aku ga terima tentunya, "Lho, tadi saya antri duluan bu." Si ibu gemuk itu dg cueknya menjawab, "Halah, ini cuma sebentar kok mbak." Aku protes ke kasir, sehingga kasir meminta ibu gemuk utk antri. Awalnya dia ngga mau, tapi kasir tetap menyuruh antri dan mengambil notaku. Akhirnya dia berlalu.

Antri dan nerombol bagai dua sisi mata uang, dua hal yg bertentangan tapi selalu ada pada waktu yg bersamaan. Ada yg antri pasti ada yg nerombol. Menurut pengalamanku, di Indonesia penerombolan dianggap sebagai sesuatu yg biasa, jadi orang tidak perlu jengkel atau marah kalo diterombol ... kecuali aku tentunya hehehe. Udah beberapa kali aku nerombol secara tidak sengaja seperti kejadian di Matahari itu, entah di supermarket atau kantor pos atau tempat lain. Reaksi orang yg aku trombol: paling cuma senyum atau ketawa kecil. Ga ada yg protes kayak aku. Kok bisa ya, padahal nurutku nerombol itu sangat ga sopan, tapi bagi banyak orang itu sesuatu yg lumrah.

O iya, perlu digarisbawahi, tiap kali aku menyadari bahwa aku udah nerombol di sebuah antrian (ingat, itu ga sengaja lho!!!), aku pasti minta maaf dan segera menempati posisi yg benar, yaitu di belakang orang yg udah ku terombol. Ayo semua tertib kalo antri.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.