Segera ku catat Kamis dini hari dalam hati, karena aku sangat antusias untuk melihat bintang jatuh lagi. Aku harus bangun dini hari untuk melihatnya, jangan sampai tertidur dan melewatkan kesempatan bagus itu. Selama ini aku sering memohon dalam hati, "Tuhan, kalau Engkau mengijinkan, aku ingin melihat bintang jatuh lagi." Mungkinkah berita yang ku baca tadi merupakan jawaban dari doaku?
Hari Rabu malam, sebelum tidur aku setel weker bergambar Mickey Mouse sehingga dia akan berdering pukul 3 dini hari. Semoga aku besok bisa bangun pagi dan melihat bintang-bintang jatuh di angkasa, seperti waktu itu di Melbourne. Semoga. Memang ada kemungkinan bintang jatuh tidak terlihat, yaitu apabila bulan bersinar terlalu terang sehingga mengalahkan binar bintang. Tapi semoga besok bulan mau sedikit meredup, agar aku bisa melihat bintang jatuh.
***
Beeeeeep ... weker berbunyi. Aku buka mata dan langsung turun dari tempat tidur untuk mematikan weker. Lampu teras depan dan belakang aku matikan juga. Memang begitulah keadaan yg ideal untuk melihat bintang jatuh, yaitu lampu harus padam dan sekitar kita harus gelap. Dalam kegelapan aku menatap langit, dengan hati penuh harap. Adakah bintang jatuh di sana?
Ternyata tidak. Jangankan bintang jatuh, bintang biasa pun tak terlihat satu pun. Langit tampak kelabu tertutup awan mendung. Sedikit pun mendung tidak menyisakan celah untukku agar bisa melihat langit dan bintang. Ternyata bukanlah bulan yang membuat bintang jatuh tak nampak, melainkan awan.
Tak apa. Doaku telah terjawab. Aku berdoa agar dapat melihat bintang jatuh lagi, dan jawabannya adalah: saat ini belum waktunya. Apakah aku akan melihatnya suatu saat nanti? Tidak tahu, bukan aku yang menentukan.
Aku tidak kecewa karena gagal melihat bintang jatuh awal tahun ini. Bintang jatuh tetaplah bintang jatuh. Meski tak nampak, di balik awan mendung itu sang bintang tetaplah melesat melintasi langit kelam dengan memamerkan ekornya yang terang. Setebal dan sekelabu apa pun awan, tetap saja di atasnya bintang-bintang terang berjatuhan. Seperti juga manusia. Orang yang melakukan suatu perbuatan dengan niat baik akan dianggap baik, meskipun semua itu berusaha untuk ditutupi orang lain dengan cemoohan, cibiran, hinaan maupun fitnah. Sekeji apa pun orang lain mencemooh, mencibir, menghina ataupun memfitnah, sebuah perbuatan baik tetaplah perbuatan baik.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.