Garden of words -- sekumpulan kata-kata yang berwarna-warni tumbuh di kebun cyber milikku.

Thursday, May 20, 2010

Signs

Mama Lauren yg tutup usia menjadi berita besar di media, dan media mengenang beliau sbg sosok hebat yg rendah hati. Kisah-kisah seputar talenta beliau bermunculan. Misalnya, sewaktu kecil pernah berada di ruang kelas dan mendengar suara agar segera meninggalkan tempat itu. Setelah pulang dan meninggalkan kelas, ternyata ada bom PD II jatuh di sekolahnya dan menghancurkan bangunan tempat beliau belajar, sehingga beliau selamat dr musibah itu. Kisah lain, empat hari sebelum bom Bali meledak, beliau berada di sebuah pantai di Bali ketika melihat bola api keluar dari laut dan menghampiri. Kemudian bola itu meledak dan beliau 'melihat' banyak mayat di sekeliling. Ternyata ini menjadi pertanda bagi ledakan bom Bali.

Dari komentar pembaca di media-media tersebut, banyak yg menyangsikan kemampuan beliau utk meramalkan kejadian yg akan datang, dan menganggap itu kebetulan saja. Menurutku, apa yg dilakukan beliau bukanlah meramal. Beliau adalah salah satu manusia yg beruntung dikaruniai firasat yg datangnya cukup sering (terjadi sebelum banyak sekali peristiwa) dan sangat jelas secara visual maupun aural (pemandangan dan suara). Soal firasat, kayaknya banyak sekali orang mendapatkannya sebelum suatu peristiwa terjadi, seperti yg ku tulis di entry Afterlife. Tapi Mama Lauren memang dianugerahi kelebihan yg berlebih-lebih tadi, dan ketika firasat-firasatnya diungkapkan ke orang lain, ada yg menganggap itu 'ramalan' yg disikapi skeptis.

Pernahkan anda mendapat firasat sebelum sesuatu terjadi pada anda? Kalo jawabnya ya, itulah yg terjadi pada Mama Lauren. Pahamilah bahwa itu bukan sesuatu yg berbau klenik, melainkan suatu kejadian natural yg bisa terjadi pada siapa saja, tapi manusia belum menemukan penjelasan yg pasti akan hal ini.I don't know Tapi kalo ada yg tidak mau paham dan tetap skeptis, ya ngga papa. Justru aku yg paham kaum skeptis ini, karena aku dulu juga seperti mereka.

Baru-baru ini aku cerita firasatku ttg suatu kejadian pada seseorang, dan reaksinya adalah "Lho, terus apa hubungannya?" Wah, klop, persis, exactly the same seperti aku dulu. Aku dulu kan juga tidak mengakui adanya firasat, dan cara dia bicara, nadanya dsb persis plek dg aku dulu. Karena itu aku tidak sakit hati, justru memahami sikap dia. Memang firasat itu diberikan oleh Yg Di Atas kepadaku, bukan ke orang lain. Seharusnya aku tidak perlu menceritakan itu ke orang lain karena orang lain tidak ada perlunya dg firasat itu. Kalo memang ada perlunya, pasti yg bersangkutan mendapat firasat juga. Tul nggak?hee hee

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.